Rabu, 07 Januari 2009

Pembangunan Bangsa

Belajar yang Baik dari Negeri Orang

Yulhendri

Dosen FE UNP, Mhs program Doktor UM dan The University Of Queensland - Australia

Beberapa waktu yang lalu penulis berkunjung ke- Jepang dan diberi kesempatan oleh pemerintahan Jepang untuk mengunjungi industri kecil makanan dan minuman di Osaka, Ehime Perfecture. Dari kunjungan tersebut penulis mendapatkan pengetahuan dan informasi yang sangat berharga. Khususnya bagaimana keteraturan, keseimbangan dan keramahan masyarakat Jepang. Dan kemudian belajar juga bagaimana masyarakat Jepang bangkit dan menjadi negara maju di Dunia. Penulis mencatat bahwa Jepang maju dan bangkit karena etos kerja dan spesialisasi dan keseriusan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Jepang. Dalam perekonomian Jepang menspesialisasikan perekonomiannya pada industri baja, elektronika dan sentuhan teknologi tinggi pada semua produk sehingga bernilai sangat tinggi.

Lalu kemudian, tanggal 27 Oktober 2008 yang lalu atas beasiswa dari Dikti-Depdiknas, penulis diberi kesempatan untuk meneruskan program peningkatan mahasiswa program doktor Indonesia di The University of Queensland- Australia. Perjalanan studi ke Australia memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis, khususnya keseriusan pemerintahan Australia membangun perguruan tinggi, dan mempersiapkan sarana dan prasarana belajar bagi mahasiswa. Adanya kerjasama dan sinergi yang baik antara pemerintahan Queensland dengan Universitas dalam mendukung proses pembelajaran di Perguruan Tinggi. Pemerintah menyediakan infrastruktur, sarana transportasi, membantu sarana dan prasarana labor dan prasarana riset perguruan tinggi. Sehingga mahasiswa UQ (The University of Queensland), menjadi salah satu univesitas kelas dunia.

Kami diberi kesempatan oleh pihak Universitas untuk mengunjungi fasilitas kampus, mulai dari pustaka yang sudah digital dan terhubung (online) dengan jurnal-jurnal internasional, ruang kuliah yang representatif. Satu kelas hanya di-isi oleh 20 – 30 orang, e-learning berjalan dengan baik, hubungan antara dosen dengan mahasiswa terbangun dengan suatu hubungan kemitraan dan hubungan yang harmonis dan saling menghargai kedudukan masing-masing. Dan juga diperkenalkan dengan ruang labor dan lapangan/area kampus yang lebih dari 1200 ha, dimana 119 ha merupakan kampus pusat dengan ruang perkuliahan dan 1.000 ha merupakan lahan kosong untuk pertanian, peternakan dan agrobisnis.

Kapan kampus kita akan mencapai Universitas Kelas Dunia?, akhir-akhir ini perguruan tinggi Indonesia, disibukkan dengan wacana untuk mencapai kelas dunia, beberapa perguruan tinggi sudah mulai berani menyatakan diri sebagai Univesitas Kelas dunia atau akan mencapai Universitas kelas dunia. Penulis kira, untuk mencapai usaha tersebut tidak bisa dengan usaha sendiri perguruan tinggi. Walaupun sebuah perguruan tinggi sudah menjalankan manajemen berstandarkan ISO- atau nama lain dalam bentuk pengakuan kualitas layanan manajamen. Dan ketika faktor daya tarik dan lingkungan daerah dan negara tidak diperbaiki tetap saja perguruan tinggi tersebut tidak akan mencapai Perguruan Tinggi kelas dunia.

Pertanyaan mendasar kenapa calon mahasiswa negara-negara berkembang, dari Asia, Afrika, mau sekolah ke Eropa, USA, Jepang dan Australia, ada faktor lain diantaranya adalah :

Pertama, Setelah tamat mereka berniat untuk bekerja di negara tersebut.

Kedua, Bahasa yang digunakan

Ketiga, Kualitas pembelajaran dan sarana belajar

Keempat, Keamanan negara dan keterbukaan penduduknya menerima orang asing

Bagaimana dengan Indonesia?, yang pasti niat pertama sulit untuk diwujudkan karena kita kelebihan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga relatif tidak bisa memberikan harapan pada kesempatan kerja yang lebih banyak.

Relatif besar penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam perkuliahan di Indonesia, dan perlu kita sadari bahwa kita masih belum terbiasa dengan menggunakan bahasa internasional sebagai bahasa sehari-hari.

Kualitas pembelajaran, kita masih dibatasi oleh sarana belajar, sumber belajar, prasarana belajar dan fasilitator belajar yang belum kondusif untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.

Setiap sebentar, media massa memberitakan perkelahian antar pelajar, mahasiswa, antar fakultas, termasuk juga kenyamanan kita dalam menggunakan fasilitas umum, seperti jalan raya, bus. Setiap kita berjalan melewati pekarangan rumah, kita akan dihantui oleh rasa ketakutan kita pada copet, angkot yang ngebut, termasuk pengguna jalan yang relatif belum sabaran dalam mengenderai kenderaannya.

Dibeberapa kota di Indonesia, telah mulai memperbaiki moda transportasinya yang lebih manusiawi. Jakarta umpanya dengan model Bus-way dan monorel, Yogyakarta dengan trans-yogya. Namun Kota Padang nampaknya belum memperlihatkan niatnya untuk memodernkan model transportasi perkotaannya, masih mengandalkan bus kota, dan angkot sebagai sarana angkutan perkotaan. Barangkali ke-depan Kota Padang sudah mulai memikirkan memperbarui moda transportasi kota sejalan dengan visi kota padang sebagai kota pendidikan, perdagangan dan parawisata.

Eksistensi kota padang, dengan sarana dan prasarana perkotaan akan menjadi daya tarik dan akan bersinergi dengan pengembangan perguruan tinggi di Kota Padang.

Maka pertanyaanya kapan kita akan menjadi Universitas Kelas dunia, barangkali jangan berharap dulu akan terwujud dalam waktu dekat namun bermimpilah, semoga anak cucu kita di kemudian hari akan mencapainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar